WayLunikNews,
PANDEMI virus Corona (Covid-19) yang hingga saat ini terus berkelanjutkan menimbulkan dampak cukup signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Sebagai contohnya, pada September hingga Desember 2020 sebanyak 1% anak usia 7-18 tahun mengalami putus sekolah selama pandemi Covid-19. Survei dilakukan terhadap 122.235 anak dan menemukan 1.243 anak berhenti sekolah.
Dampak pandemi terhadap aspek pendidikan ini juga disebabkan karena penutupan sekolah. Pendidikan terpaksa dilakukan secara daring guna menghindari pola pendidikan tatap muka (luring). Sayangnya, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan secara langsung di sekolah berimbas pada kemampuan belajar siswa hingga terjadi learning loss. Learning loss sendiri menurut The Education and Development Forum (2020) adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi karena kesenjangan berkepanjangan atau ketidakberlangsungan proses pendidikan.
Untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di masa pandemi saat ini, selain menggalakan keterlibatan sekolah formal, jangan dilupakan juga peran pendidikan non formal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Sanggar Kegiatan belajar (SKB). Kedua lembaga ini juga banyak menawarkan keterampilan kerja.
Seluruh program yang dilaksanakan pemerintah dengan mengikutsertakan baik sekolah formal juga non formal ini diharapkan mampu meningkatkan kembali mutu pendidikan yang ada di Indonesia meskipun di tengah pandemi COVID-19. Pada prinsipnya tidak ada kata menyerah dalam menghadapi tantangan apapun yang menghadang.
#smartvillage
#smartvillagelampung
#smartvillagelampunglampungutara
#smartvillagedesawaylunik
#KEMBALIBERSEKOLAH